MAKALAH
BISNIS INTERNASIONAL
“TEORI BISNIS
INTERNASIONAL”
(KEUNGGULAN
RELATIF DAN TEORI HECKSCERS OHLIN)
PENDAHULUAN
Perdagangan internasional
adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak
negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya
terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad
belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi,
kemajuan transportasi, globalisasi,
dan kehadiran perusahaan
multinasional.
Perdagangan Internasional terjadi karena setiap
negara memiliki kelebihan dan keterbatasan untuk menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan, sehingga mendorong setiap negara untuk melakukan aktivitas
bisnis dengan negara lain. Perdagangan antar negara sebenarnya telah terjadi
berabad-abad yang lalu. Pelayaran yang dilakukan China, Portugis, dan Belanda
menuju Nusantara bertujuan untuk mencari sumber bahan mentah serta mencari
daerah pemasaran.
Perdagangan
Internasional semakin pesat sejak abad 19 dan awal abad 20. Terdapat berbagai
teori yang mendasari operasi bisnis Internasional. Dalam makalah ini akan
dibahas dua macam Teori Bisnis Internasional.
Teori
yang pertama adalah keunggulan komparatif oleh David Ricardo, teori yang kedua
yaitu teori heckschers-ohlin oleh heckschers-ohlin.
PEMBAHASAN
A.Keunggulan
Komparatif
Teori keuntungan komparatif ini
dikembangkan oleh David Ricardo, yang menyatakan bahwa setiap negara akan
memperoleh keuntungan jika ia menspesialisasikan pada produksi dan ekspor yang
dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih murah, dan mengimpor apa yang
dapat diproduksinya pada biaya yang relatif lebih mahal.
Ini menjelaskan bahwa mengapa suatu negara
yang memiliki sumber daya sangat lengkap, negara tersebut memilih mengimpor
atau mengekspor dari pada memproduksi untuk digunakan sendiri.
Dengan demikian, meskipun suatu negara
mengalami kerugian absolut (absolute disadvantage) atau tidak mempunyai
keunggulan absolut dalam memproduksi kedua jenis barang (komoditi) bila
dibandingkan dengan negara lain, perdagangan internasional yang saling
menguntungkan kedua belah pihak masih dapat dilakukan, asal negara tersebut
melakukan spesialisasi produksi terhadap barang yang memiliki “harga relatif”
yang lebih rendah dari negara lain.
Contoh :
Diasumsikan
ada dua negara (Amerika dan Eropa) dan dua output (pizza dan pakaian). Keduanya
memiliki sumber daya masing-masing 120 jam tenaga kerja (TK) untuk memproduksi
pizza dan pakaian. Namun Amerika mampu memproduksi 1 unit pizza dengan 1 jam TK
dan 1 unit pakaian dengan 2 jam TK. Sedangkan Eropa membutuhkan 3 jam TK untuk
memproduksi 1 unit pizza dan 4 jam TK untuk pakaian.
Sesuai
keterangan di atas, Amerika mampu memproduksi keduanya dengan jam TK (input)
yang lebih sedikit daripada Eropa. Menurut Teori Keuntungan Absolut (Absolute
Advantage), Amerika seharusnya memproduksi keduanya sendiri. Namun tidak
demikian menurut teori keuntungan komparatif. Kita lihat perbandingannya
dibawah dengan menggunakan teori keuntungan komparatif :
Sebelum melakukan perdagangan, produksi di kedua
negara menghasilkan upah riil yang berbeda bagi TK. Upah riil bagi TK di
Amerika adalah 1 pizza atau 1/2 pakaian. Sementara di Eropa, upah riil TK hanya
1/3 pizza atau 1/4 pakaian. Artinya upah di Eropa lebih rendah dibandingkan di
Amerika dan TK di Eropa memiliki daya beli yang relatif lebih kecil.
Ini
tentunya juga menimbulkan perbedaan biaya produksi, dan jika pasar adalah
persaingan sempurna, harga pizza dan pakaian akan berbeda di kedua negara.
Sementara
itu, berapa total output yang mampu diproduksi kedua negara tanpa melakukan
perdagangan? Jika diasumsikan dari total 120 jam TK (input) yang tersedia di
tiap negara separuhnya dialokasikan untuk produksi pizza dan separuhnya lagi
dialokasikan untuk produksi pakaian, maka total produksi kedua negara adalah
sebagai berikut :
Dengan
input 120 jam TK yang dimiliki masing-masing negara, jika dialokasikan
separuh-separuh, Amerika mampu memproduksi 60 pizza (60 jam TK / 1) dan 30
pakaian (60 jam TK / 2). Sedangkan Eropa mampu memproduksi 20 pizza (60 jam TK
/ 3) dan 15 pakaian (60 jam TK / 4). Dengan demikian, total produksi yang
dihasilkan kedua negara adalah 125 unit, yang terdiri dari pizza dan pakaian.
Menurut
teori keuntungan komparatif, Amerika seharusnya hanya memproduksi pizza dan
Eropa memproduksi pakaian. Ini karena produksi pakaian relatif lebih mahal bagi
Amerika, dengan rasio harga produksi 2 dibandingkan dengan 4/3 yang mampu
diproduksi Eropa. Sedangkan pizza relatif lebih mahal bagi Eropa karena rasio
harga produksinya adalah 3/4 dibandingkan dengan 1/2 yang mampu diproduksi
Amerika. Jadi, perbandingan dalam teori ini adalah berdasarkan harga relatif di
kedua negara, bukan hanya di satu negara.
Jika
keduanya terus memproduksi pizza dan pakaian sendiri (tidak melakukan
perdagangan), maka akan terjadi perbedaan harga yang akan mendorong arbitrasi.
Dengan asumsi biaya transpotasi tidak ada atau relatif sangat kecil, Amerika
kemudian akan mengekspor pizza ke Eropa dan Eropa akan mengekspor pakaian ke
Amerika. Karena biaya produksi yang lebih murah, harga pizza Amerika yang
diekspor juga akan lebih murah dan ini mendorong harga pizza di Eropa turun.
JIka harga pizza di eropa terlalu rendah bagi produsen Eropa, mereka akan
menutup produksinya karena tidak menguntungkan lagi. Akhirnya mereka akan
beralih ke produksi yang lebih menguntungkan, yaitu pakaian. Sedangkan
kebutuhan pizza di Eropa akan dipenuhi dengan impor. Hal yang sama juga terjadi
terhadap pakaian di Amerika. Pada akhirnya, perbedaan harga akan membuat
Amerika hanya memproduksi Pizza dan Eropa hanya memproduksi pakaian.
Setelah melakukan perdagangan, total output kedua negara adalah sebagai
berikut :
Amerika menggunakan semua inputnya (120 jam TK) untuk
memproduksi pizza saja, sehingga menghasilkan 120 pizza (120 jam TK / 1).
Sedangkan Eropa menggunakan semua inputnya untuk memproduksi pakaian saja,
sehingga menghasilkan 30 pakaian (120 jam TK / 4). Ternyata total output kedua
negara meningkat dengan melakukan spesialisasi produksi ini, yaitu menjadi 150
unit.
Kelemahan
Kelemahan-kelemahan dari teori keunggulan komparatif
adalah timbulnya ketergantungan dari Dunia Ketiga terhadap negara-negara maju
karena keterbelakangan teknologi. Fakta lain, saat ini negara-negara maju pun
bisa membuat sendiri apa yang menjadi spesialisasi negara berkembang (ex:
pertanian) dan melakukan proteksionisme
Dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut, teori ini sebenarnya
hanya cocok untuk perdagangan internasional antar negara maju.
Sebenarnya melalui konteks sejarah kita bisa mengetahui hal
tersebut karena Ricardo hanya melihat Inggris dan
negara-negara maju dan Amerika Latin dalam penyusunan
teorinya tersebut.
Pada masa Ricardo, belum ada pengamatan serius dan mendalam yang
mengarah pada negara-negara di Dunia Ketiga. Wajar jika ketika
negara- negara di Dunia Ketiga mulai masuk dalam struktur
ekonomi-politik internasional ada beberapa hal dari teori
perbandingan komparatif Ricardo yang menimbulkan berbagai
kerugian di pihak negara-negara Dunia Ketiga.
B.Teori Heckchers – Ohlin
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola
perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang
yang menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif
Teori ini berpendapat bahwa
pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan
kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor
pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal
yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai
Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief
yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang
buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal dan sebagainya.
Menurut
Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan
komparatif adalah:
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teksnologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teksnologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.
A. The
Proportional Factors Theory
Teori modern
Heckescher-ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva
isocost yaitu kurva yang menggabarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva
isoquant yaitu kurva yang menggabarkan total kuantitas produk yang sama.
Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva
isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh
produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk
tertentu.
Analisis
teori H-O :
a.
Harga
atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi
faktor produksi yang dimiliki masing-masing Negara
b.
Comparative
Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan
ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilkinya.
c.
Masing-masing
negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif banyak dan
murah untuk memproduksinya
d.
Sebaliknya
masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara
tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk
memproduksinya
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
B.
Paradoks Leontief
Wassily
Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui
study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta, fakta itu
mengenai struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor). Amerika serikat
tahun 1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut sebagai paradoks
leontief
Berdasarkan
penelitian lebiih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan ternyata
paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu :
a.
Intensitas faktor produksi yang berkebalikan
b.
Tariff and Non tariff barrier
c.
Pebedaan dalam skill dan human capital
d.
Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam
Kelebihan
dari teori ini adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik
maka ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki
tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.
PENUTUP
Ø KESIMPULAN
Bisnis Internasional timbul
karena perbedaan-perbedaan harga relatif antara negara satu dengan negara lain.
Perbedaan-perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi, yang
diakibatkan oleh :
1.
Perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas
faktor produksi.
2.
Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi
yang menentukan intensitas faktor yang digunakan.
3.
Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan
faktr-faktor itu
Teori bisnis internasional
menunjukkan bahwa bangsa-bangsa akan memperoleh suatu tingkat kehidupan yang
lebih tinggi dengan melakukan spesialisasi dalam barang-barang dimana mereka
memiliki keunggulan komparatif dan menimpor barang-barang yang mempunyai
kerugian secara komparatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar